Minggu, 04 November 2012

Pelatihan kemarin...

Memasuki semester 7 di masa perkuliahanku hanya memunculkan satu hal didalam benak, Apakah aku bisa melewati program latihan mengajar itu kelak?
Itu dan itu terus.
Aku menyadari diri yang hanya bermodal penguasaan konsep.
Bagaimana kelak menguasai kelas?
mengamankan suasana kelas?
Apa aku mampu?
Namun aku juga berfikir, yang penting niatku benar-benar tulus ingin berbagi ilmu pada mereka, menjadi bagian dari mereka yang kelak jika mereka butuh, Insya Allah aku akan hadir membantu..
Ya..itu saja..
Hingga akhirnya penempatan itu meletakkan ku disuatu sekolah yang terbilang cukup menantang kemampuan akademik.
Aku pasrah. Allah pasti berencana baik dibalik semua ini.

Hari Pertama
Memasuki gerbang sekolah itu  dengan rasa gugup, "Tempat ini begitu asing bagiku", fikirku dalam hati. Namun rasanya begitu nyaman, berada dilingkungan yang bernuansa islami, dimana karakter ramah-tamah dan saling menghormati benar-benar ditegakkan. Aku pun dihadapkan dengan sejumlah jadwal yang untuk 3 bulan kedepannya harus dijalani. Satu hal lagi yang membuatku senang, guru pembimbingku begitu baik. Ternyata benar, Allah berencana baik.

Hari Kedua
Pertama kalinya memasuki kelas seorang diri, aku disuruh mengamankan murid-murid itu karena gurunya belum datang. Really nervous. Sambutan acuh dari mereka, sedikit terkesan disepelekan, maklumlah jika mereka mengetahui statusku disekolah.

Setelah satu minggu

Aku mulai menikmati kegiatan ini, awalnya aku berfikir jadi guru itu sulit, ternyata tidak seutuhnya benar. Mereka cukup welcome dengan cara mengajarku. Aku tidak berharap banyak, asal mereka bilang mengerti saja itu sudah lebih dari cukup.
Mencoba memahami karakter mereka, membaur dengan mereka, itulah yang ku lakukan.

2 Bulan berlalu

Kehadiranku mulai di nanti, bukan hal yang sering terjadi untuk mata pelajaran Matematika. Terkadang interaksi yang terjadi bukan selayaknya guru dan murid, melainkan kakak dan adiknya. Tapi aku merasa mereka nyaman akan hal itu.

Hari-hari menjelang usai
Mereka tidak menginginkanku pergi. Respon yang begitu tidak terduga. Aku pun seperti mereka, merasa memiliki keluarga baru, menyayangi mereka.

Hari itu

Langkah ku pasti menuju ke kelas. Tidak seperti biasanya. Mereka tidak menunggu.
Hati kecilku sedih, bukan begini yang ku mau.
Untuk pertama dan yang terkahir kalinya mereka tidak respect padaku. Dan lebih parah lagi, mereka menentang semua yang ku katakan.
Kesabaranku habis. Spontan aku beranjak pergi, aku hanya tidak ingin marah dan memilih pergi. Mereka mengejarku, membujuk untuk kembali. Surprise ulang tahun dan perpisahan ternyata yang telah mereka rencanakan. Aku tidak menyangka. Aku senang namun sedih. Sambil bertutur terimakasih aku pun meneteskan air mata. Air mata bahagia. Ternyata muridku sudah dewasa dan mereka menyayangiku.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar