Jumat, 15 Februari 2013

Pelangi Setelah Hujan

Bissmillahirrahmanirrahim...
Kisah ini dipersembahkan untuk seorang sahabat dimana perjalanan hidupnya benar-benar memotivasiku untuk tetap bersyukur dengan apa yang telah ku miliki saat ini.

Kisah yang menyadarkan kita untuk tetap sabar dalam menghadapi segala cobaan dan tetap berjuang untuk melewati cobaan hidup. Ikhlas menerima segala yang telah digariskan oleh-Nya dan meyakini ada hikmah dibalik semua yang terjadi.
Sebuah novel berjudul "Pelangi Setelah Hujan"



BAB 1
Pasang Surut keluargaku
           
      Ilmi menatap langit yang mulai tertutup awan kelabu pertanda akan segera turun hujan. Ia menyingsingkan rok abu-abu seragam sekolahnya agar bisa mempercepat langkahnya. Satu-persatu teman-temannya berlalu mendahuluinya, bukan jalan kaki sepertinya melainkan menaiki kendaraan meskipun sekedar naik ojek atau becak. Tiga setengah kilo meter harus ia tempuh setiap hari pulang dan pergi demi menempuh harapan menamatkan sekolah dan menggapai cita-cita.
            Beberapa puluh meter menuju rumah akhirnya hujan pun turun begitu derasnya. Ilmi basah kuyup. Sepatunya kotor terkena lumpur. Sesampainya dirumah ia segera mengambil beberapa ember untuk menampung tetesan hujan yang membasahi rumah karena atap yang bocor. Kemudian mengeringkan tubuhnya dengan handuk lalu bergegas mengeringkan pakaian dan mencuci sepatu yang besok harus kembali ia gunakan karena itu adalah satu-satunya seragam sekolah yang ia miliki.
            Setiap harinya seperti itu, bukan hanya basah kuyup karena diguyur hujan, tak jarang juga bajunya basah kuyup karena keringat yang mengucur akibat panasnya sengatan sinar matahari.
            “Bapak dan ibu belum pulang Fis?” tanya ilmi pada adik sulungnya yang masih berumur lima tahun.
            “Belum kak” sambil terus memainkan robot-robot kesayangannya dengan anak tetangga. Robot yang lima tahun lalu masih sanggup dibelikan oleh sang bapak untuk adiknya meskipun dengan harga yang mahal.
            Namun sekarang semua berbeda, tak jarang kami hanya makan dengan nasi putih dan garam  saja. Ibu dan bapak bekerja keras setiap hari demi melunasi hutang-hutang peminjaman uang yang dulu digunakan untuk biaya mengobati bapak dirumah sakit.
            Ilmi terlahir sebagai anak tertua dari keluarga berkecukupan yang berpemukiman dikota besar. Bapaknya bekerja sebagai asisten menejer disebuah perusahaan otomotif, dan sang Ibu hanya sebagai ibu rumah tangga yang setiap harinya mengurus Ilmi dan kedua orang adiknya. Ilmi dan adiknya bersekolah disekolah favorit dan menikmati segala fasilitas yang menunjang kebutuhan mereka.
Empat tahun lalu semua berubah. Bapaknya menderita struk yang terpaksa harus dirawat dirumah sakit selama beberapa bulan. Perusahan menghentikan gaji dan akhirnya memecat bapaknya. Semua tabungan terkuras, mobil, speda motor dan beberapa barang berharga milik keluarganya pun terjual untuk biaya pengobatan. Saat bapaknya pulih, mereka hanya  memiliki rumah yang mereka tempati, hanya itu lah harta yang tersisa. Ibu dan bapaknya memutuskan menjual rumah tersebut dan pindah ke daerah pinggiran dekat keluarga sang bapak. Uang penjualan rumah digunakan untuk membeli rumah kecil yang begitu sempit untuk kami tempati berlima, sisanya digunakan untuk mencicil hutang dengan saudara bapak.
Kami tinggal dengan perabotan seadanya. Tidak ada barang yang tersisa dari kota, semua habis terjual. Suasana baru ini begitu kontras dengan kehidupan Ilmi yang dulu.
Kepindahan mereka bertepatan dengan lulusnya ilmi SMP dan adiknya lulus dari SD. Namun sulitnya ekonomi yang kini di alami keluarganya mengakibatkan adiknya bersekolah dipekan baru diasuh oleh pamannya. Bapaknya takut tidak sanggup membiayai sekolah anak-anaknya sehingga mengikhlaskan anak keduanya diasuh oleh adik sang istri dipekan baru.
Hari hampir senja. Ilmi dan adiknya duduk diberanda rumah menunggu Bapak dan Ibunya pulang. Terlihat dikejauhan dua orang paruh baya berjalan beriringan menginjak beceknya jalanan sisa dari hujan siang itu. Tak ada lagi suara klakson mobil yang dulu sering Ilmi dengar pertanda bapaknya pulang bekerja.
“Assalamulaikum” salam dari kedua orang tuanya serempak saat memasuki rumah.
“Waalaikumsalam” jawab ilmi dan sang adik menyambut gembira. Adiknya pun langsung minta digendong oleh ayahnya, maklum lah, hafis anak sulung yang begitu manja.
“Kapan bapak belikan hafis robot-robotan yang baru”? tanya hafis polos, dia masih terlalu kecil yang masih belum mengerti dengan keadaan.
“Sabar ya sayang, pokoknya nanti hafis Bapak belikan robot-robotan yang baru” jawab bapaknya menenangkan putra sulungnya.
Ilmi dan Ibunya terhenyak mendengar penuturan tersebut, mereka tidak tahu entah kapan janji itu dapat terpenuhi.
“Kamu tadi kehujanan mi?” tanya ibunya melihat seragam sekolah yang ia jemur didapur. “Iya bu” jawabnya sambil membereskan perlengkapan kerja ibunya.
Keesokan harinya seragam itu masih lembab, namun terpaksa harus ia gunakan karena tidak ada seragam lain. Tidak ada alasan untuk tidak sekolah baginya selagi kakinya masih mampu ia gunakan untuk berjalan. Seusai sarapan dengan ubi goreng dan air hangat ilmi bergegas berangkat kesekolah meskipun jalanan masih begitu sepi dan mataharipun belum keluar dari peraduannya.
“Ibu hanya bisa memberi jajan segini nak” sambil memberikan uang jajan seribu rupiah kepadanya.
“Trima kasih bu, ini sudah lebih dari cukup, yang penting bukan jajan, tapi menimba ilmu disekolah” sambil mencium tangan ibunya dan berpamitan dengan bapaknya. Tak jarang uang jajan itu tidak dipergunakan olehnya. Ia lebih memilih menabungnya berharap suatu saat dapat dipergunakan pada saat yang tepat.

2 komentar:

  1. ceritanya bagus ne beb
    memang uang gk sglanya yg pntg kesehatan & kebersamaan di suatu keluarga yg plg utama..
    & selagi orang tua kita msh mampu nyekolahkan, kita musti bersekolah walaupun lokasi na jauh..
    seperti pepatah mengatakan
    "Tuntutlah Ilmu Ke Negeri China/orang"
    memang kita musti sakit2 dahulu
    tapi suatu saat kita pasti bisa capai apa yg kita mau.
    dan Hidup musti ada tujuan
    cayooo buat ilmi
    awq doain smga ilmi bisa hadapi masalah yg di hadapi saat ini.

    BalasHapus
  2. Thanks ya beb...
    tunggu lanjutan kisahnya
    ok
    ^_^

    BalasHapus