11. Rizki
dari-Nya
Ilmi mulai akrab dengan aktivitas dan tempat tinggal barunya.
Berbeda dengan ditempat pamannya, ditempat ini meskipun penghasilannya masih
terbilang sangat kecil, Ilmi tidak pernah merasa mendapat tekanan akan perilaku
sepupu-sepupunya, ditempatnya kini ia berdiam, Ilmi merasa lebih nyaman, hanya
saja ia sedang berusaha sekuat tenaga mencari-cari pekerjaan yang lebih
memungkinnya mendapatkan uang yang lebih banyak agar ia tetap dapat mengirimkan
sebagian penghasilannya untuk keluarganya dikampung.
Semenjak Ilmi bekerja di warung Bu Lina, tampak
pengunjungnya semakin bertambah, mungkin karena service dari pihak warung yang
semakin meningkat mengakibatkan konsumen semakin betah bahkan bertambah dalam
setiap harinya. Ilmi selalu mengingat pesan Bu Lina untuk mengutamakan
keramahan dan kesabaran dalam bekerja dan melayani pelanggan. Pembeli adalah
raja, hal tersebut selalu mereka tanamkan.
Setiap harinya pendapatan warung Bu Lina semakin
meningkat, seperti janji yang pernah beliau ucapkan, beliau tak jarang member
tambahan gaji untuk Ilmi, hal itu yang selalu menjadi motivasi bagi Ilmi untuk
lebih giat lagi dalam bekerja dan Ilmi juga selalu berharap pembeli yang datang
ke warung Bu Lina bertambah lebih banyak lagi.
Bu Lina sudah dianggap oleh Ilmi seperti Ibunya
sendiri, apalagi status Bu Lina sebagai seorang Janda yang memiliki dua orang
anak membuat Ilmi salut dengan kegigihannya mencari rezeki seorang diri. Hal
itu yang mengakibatkan Ilmi berupaya keras untuk tidak mengecewakannya.
Banyaknya pembeli yang datang hari ini mengakibatkan
dagangan Bu Lina telah habis terjual
padahal masih jam empat sore. Ilmi senang karena selain diberi tambahan jajan
oleh Bu Lina, Ilmi juga bisa pulang cepat pada hari itu. Langkahnya tampak
cepat menuju kosan Putri, senyum sumringah tampak memancar di wajahnya.
Sesampainya didepan kosan Putri, Ilmi melihat ada
sepeda motor yang terparkir di halaman kosnya. Ilmi sudah tahu siapa
pemiliknya, pasti Ikhwan temennya Putri fikirnya. Putri tidak pernah mengaku
memiliki pacar, tapi Ilmi bisa melihat betapa spesialnya Ikhwan baginya. Ikhwan
satu-satunya lelaki yang pernah datang kekosnya Putri. Ilmi tahu, dari dulu
Putri selalu menjaga pergaulannya dengan lawan jenis, jadi kalau sampai ada
seseorang yang sering diizinkan bahkan sering menemuinya bisa dipastikan orang
tersebut bukanlah teman biasa bagi Putri.
“Assalamualaikum” Ilmi masuk kedalam dan terlihat
Putri sedang membahas tugas-tugas kuliahnya dengan Ikhwan.
“Waalaikumsalam” jawab mereka serempak.
“Tumben kok cepat pulang Mi?” tanya Putri heran karena
tidak biasanya Ilmi pulang secepat itu.
“Iya hari ini banyak pembeli Put, jadi dagangannya
cepat habis”
“Owh…sering-sering begitu bagus juga ya Mi, kamu bisa
cepat istirahat” Putri melihat raut senang diwajah sahabatnya tersebut, melihat
hal itu, Putri merasa turut senang. Ilmi pun tersenyum mendengar perkataan
Putri, Tentu saja dia sangat senang jika setiap hari bisa pulang lebih awal
seperti ini. Ilmi pun meninggalkan Putri dan Ikhwan diruang tersebut dan
bergegas mandi.
Setelah melihat Ilmi dan mendengar percakapan antara
Putri dan temannya tersebut, Ikhwan mulai menanyakan tentang siapa Ilmi
sebenarnya. Tidak banyak yang diceritakan oleh Putri pada temannya tersebut, ia
hanya menceritakan perihal kegigihan Ilmi dalam menjalani setiap ujian dalam
hidupnya. Putri juga memberitahukan bahwa Ilmi
sedang membutuhkan pekerjaan yang lebih bisa memenuhi kebutuhannya.
Mendengar cerita dari Putri, Ikhwan turut salut akan
profil Ilmi, ia juga teringat dengan pamannya yang memiliki supermarket yang
letaknya tidak jauh dari tempat tinggal putri dan sedang membutuhkan seorang
karyawan sebagai seorang kasir.
Putri pun tertarik mendengar informasi dari teman
prianya tersebut, iya yakin Ilmi pasti senang jika mengetahuinya. Setelah Ikhwan
pulang, Putri segera menemui Ilmi yang sedang tertidur didalam kamar, Putri
tidak perduli jika harus mengganggu tidur sahabatnya tersebut demi menyampaikan
kabar gembira itu.
Ilmi tidak marah meskipun tidurnya diganggu, “Putri
tidak mungkin sejahil itu kalo memang tidak ada hal yang penting yang ingin
disampaikan olehnya” fikirnya dalam hati. Setelah mendengar semua penjelasan
Putri, Ilmi langsung mengangkat tubuhnya dan duduk disamping Putri.
“Tapia apa mungkin aku diterima kerja disitu Put, aku
kan belum ada pengalaman kerja dibidang itu?”
“Sudah kamu tenang aja, yang penting kamu masukin aja
dulu lamarannya, urusan lain biar Ikhwan yang atur, aku yakin dia pasti mau
bantu kamu”. Putri mencoba member support kepada sahabatnya tersebut untuk
lebih percaya diri.
Ilmi begitu senang, ia tidak menyangka akan ada orang
yang mau turut peduli dengannya, Ia kagum dengan sosok Ikhwan yang selama ini
didengarnya baik dimata Putrid an hari itu terbukti juga baik di matanya. Ilmi
senang jika hati Putri direbut oleh pria sebaik dia karena Putri juga orang
yang sangat baik.
Keesokan harinya saat ada waktu senggang makan siang,
Ilmi memohon Izin kepada Bu Lina untuk memasukkan surat lamaran kerjanya di
Supermarket yang Ikhwan maksud. Mendengar hal itu terlihat rasa kecewa di raut
wajah Bu Lina, Bu Lina sudah begitu merasa tertolong olehnya. Kinerja Putri
yang sangat baik dan jujur membuat Bu Lina sayang padanya, Bu Lina juga
terkadang memperlakukannyya sebagai anaknya sendiri.
Melihat respon tidak enak yang diberikan Bu Lina, Ilmi
mencoba menjelaskan keadaan dirinya yang sebenarnya, bahwa dia sangat
membutuhkan pendapatan dalam jumlah yang lebih besar. Mendengar segala kisah
yang telah diceritakan oleh Ilmi, Bu Lina tidak mampu menahannya lagi, hamper saja beliau meneteskan air
matanya karena terharu dengan perjalanan hidup yang dialami gadis belia itu. Bu
Lina sangat salut dengan ketangguhannya. Ilmi juga berjanji jika nanti dia
tidak bekerja lagi disitu, ia akan tetap sering menjenguk Bu Lina karena dia
sangat merasa berhutang budi pada Bu Lina.
Ilmi pun bergegas pergi ketempat tujuannya, sesampainya di Supermarket
tersebut, Ilmi mencoba menemui kepala supermarket yang tidak lain adalah
pamannya Ikhwan. Setelah bertemu dengan orang yang di maksud, Ilmi langsung
memberikan surat lamaran kerjanya. Ternyata sang Kepala Supermarket sudah
terlebih dahulu tau tenttang dirinya dan langsung menerimnya dan memintanya
untuk langsung bekerja esok hari.
Ilmi terkejut, ia juga senang lamarannya diterima,
tapi ia menyampaikan beberapa hal yang ia cemaskan.
“Maaf pak sebelum terima kasih karena telah menerima
saya bekerja disini, tapi kalau saya bolehh jujur, saya tidak punya pengalaman
apapun dibidang ini, mohon bapak bisa membimbing saya”
“Saya
mengerti nak Ilmi, tapi pekerjaan ini bukanlah pekerjaan yang membutuhkan
keahlian yang terlalu berlebihan, kamu hanya butuh seorang karyawan yang
berdisiplin, jujur, cekatan dan ramah. Saya yakin nak Ilmi bisa memenuhinya”.
“Insya
Allah pak, sebisa mungkin saya tidak akan mengecewakan bapak”
Ilmi
mengundurkan diri dan berjanji akan bekerja mulai besok di tempat itu dan
berusaha menjadi karyawan yang diharapkan.
Sesampainya
kembali di warung Bu Lina, Ilmi menceritakan bahwa dia langsung diterima, dan
pertanda hari itu adalah hari terakhirnya bekerja ditempat itu. Bu Lina turut
senang mendengarnya, ia yakin Allah pasti memudahkan jalan gadis baik hati
tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar