Minggu, 23 Juni 2013

11. Rizki dari-Nya (Pelangi Setelah Hujan)



11. Rizki dari-Nya

Ilmi mulai akrab dengan aktivitas dan tempat tinggal barunya. Berbeda dengan ditempat pamannya, ditempat ini meskipun penghasilannya masih terbilang sangat kecil, Ilmi tidak pernah merasa mendapat tekanan akan perilaku sepupu-sepupunya, ditempatnya kini ia berdiam, Ilmi merasa lebih nyaman, hanya saja ia sedang berusaha sekuat tenaga mencari-cari pekerjaan yang lebih memungkinnya mendapatkan uang yang lebih banyak agar ia tetap dapat mengirimkan sebagian penghasilannya untuk keluarganya dikampung.
Semenjak Ilmi bekerja di warung Bu Lina, tampak pengunjungnya semakin bertambah, mungkin karena service dari pihak warung yang semakin meningkat mengakibatkan konsumen semakin betah bahkan bertambah dalam setiap harinya. Ilmi selalu mengingat pesan Bu Lina untuk mengutamakan keramahan dan kesabaran dalam bekerja dan melayani pelanggan. Pembeli adalah raja, hal tersebut selalu mereka tanamkan.
Setiap harinya pendapatan warung Bu Lina semakin meningkat, seperti janji yang pernah beliau ucapkan, beliau tak jarang member tambahan gaji untuk Ilmi, hal itu yang selalu menjadi motivasi bagi Ilmi untuk lebih giat lagi dalam bekerja dan Ilmi juga selalu berharap pembeli yang datang ke warung Bu Lina bertambah lebih banyak lagi.
Bu Lina sudah dianggap oleh Ilmi seperti Ibunya sendiri, apalagi status Bu Lina sebagai seorang Janda yang memiliki dua orang anak membuat Ilmi salut dengan kegigihannya mencari rezeki seorang diri. Hal itu yang mengakibatkan Ilmi berupaya keras untuk tidak mengecewakannya.
Banyaknya pembeli yang datang hari ini mengakibatkan dagangan  Bu Lina telah habis terjual padahal masih jam empat sore. Ilmi senang karena selain diberi tambahan jajan oleh Bu Lina, Ilmi juga bisa pulang cepat pada hari itu. Langkahnya tampak cepat menuju kosan Putri, senyum sumringah tampak memancar di wajahnya.
Sesampainya didepan kosan Putri, Ilmi melihat ada sepeda motor yang terparkir di halaman kosnya. Ilmi sudah tahu siapa pemiliknya, pasti Ikhwan temennya Putri fikirnya. Putri tidak pernah mengaku memiliki pacar, tapi Ilmi bisa melihat betapa spesialnya Ikhwan baginya. Ikhwan satu-satunya lelaki yang pernah datang kekosnya Putri. Ilmi tahu, dari dulu Putri selalu menjaga pergaulannya dengan lawan jenis, jadi kalau sampai ada seseorang yang sering diizinkan bahkan sering menemuinya bisa dipastikan orang tersebut bukanlah teman biasa bagi Putri.
“Assalamualaikum” Ilmi masuk kedalam dan terlihat Putri sedang membahas tugas-tugas kuliahnya dengan Ikhwan.
“Waalaikumsalam” jawab mereka serempak.
“Tumben kok cepat pulang Mi?” tanya Putri heran karena tidak biasanya Ilmi pulang secepat itu.
“Iya hari ini banyak pembeli Put, jadi dagangannya cepat habis”
“Owh…sering-sering begitu bagus juga ya Mi, kamu bisa cepat istirahat” Putri melihat raut senang diwajah sahabatnya tersebut, melihat hal itu, Putri merasa turut senang. Ilmi pun tersenyum mendengar perkataan Putri, Tentu saja dia sangat senang jika setiap hari bisa pulang lebih awal seperti ini. Ilmi pun meninggalkan Putri dan Ikhwan diruang tersebut dan bergegas mandi.
Setelah melihat Ilmi dan mendengar percakapan antara Putri dan temannya tersebut, Ikhwan mulai menanyakan tentang siapa Ilmi sebenarnya. Tidak banyak yang diceritakan oleh Putri pada temannya tersebut, ia hanya menceritakan perihal kegigihan Ilmi dalam menjalani setiap ujian dalam hidupnya. Putri juga memberitahukan bahwa Ilmi  sedang membutuhkan pekerjaan yang lebih bisa memenuhi kebutuhannya.
Mendengar cerita dari Putri, Ikhwan turut salut akan profil Ilmi, ia juga teringat dengan pamannya yang memiliki supermarket yang letaknya tidak jauh dari tempat tinggal putri dan sedang membutuhkan seorang karyawan sebagai seorang kasir. 
Putri pun tertarik mendengar informasi dari teman prianya tersebut, iya yakin Ilmi pasti senang jika mengetahuinya. Setelah Ikhwan pulang, Putri segera menemui Ilmi yang sedang tertidur didalam kamar, Putri tidak perduli jika harus mengganggu tidur sahabatnya tersebut demi menyampaikan kabar gembira itu.
Ilmi tidak marah meskipun tidurnya diganggu, “Putri tidak mungkin sejahil itu kalo memang tidak ada hal yang penting yang ingin disampaikan olehnya” fikirnya dalam hati. Setelah mendengar semua penjelasan Putri, Ilmi langsung mengangkat tubuhnya dan duduk disamping Putri.
“Tapia apa mungkin aku diterima kerja disitu Put, aku kan belum ada pengalaman kerja dibidang itu?”
“Sudah kamu tenang aja, yang penting kamu masukin aja dulu lamarannya, urusan lain biar Ikhwan yang atur, aku yakin dia pasti mau bantu kamu”. Putri mencoba member support kepada sahabatnya tersebut untuk lebih percaya diri.
Ilmi begitu senang, ia tidak menyangka akan ada orang yang mau turut peduli dengannya, Ia kagum dengan sosok Ikhwan yang selama ini didengarnya baik dimata Putrid an hari itu terbukti juga baik di matanya. Ilmi senang jika hati Putri direbut oleh pria sebaik dia karena Putri juga orang yang sangat baik.
Keesokan harinya saat ada waktu senggang makan siang, Ilmi memohon Izin kepada Bu Lina untuk memasukkan surat lamaran kerjanya di Supermarket yang Ikhwan maksud. Mendengar hal itu terlihat rasa kecewa di raut wajah Bu Lina, Bu Lina sudah begitu merasa tertolong olehnya. Kinerja Putri yang sangat baik dan jujur membuat Bu Lina sayang padanya, Bu Lina juga terkadang memperlakukannyya sebagai anaknya sendiri.
Melihat respon tidak enak yang diberikan Bu Lina, Ilmi mencoba menjelaskan keadaan dirinya yang sebenarnya, bahwa dia sangat membutuhkan pendapatan dalam jumlah yang lebih besar. Mendengar segala kisah yang telah diceritakan oleh Ilmi, Bu Lina tidak mampu menahannya  lagi, hamper saja beliau meneteskan air matanya karena terharu dengan perjalanan hidup yang dialami gadis belia itu. Bu Lina sangat salut dengan ketangguhannya. Ilmi juga berjanji jika nanti dia tidak bekerja lagi disitu, ia akan tetap sering menjenguk Bu Lina karena dia sangat merasa berhutang budi pada Bu Lina.
Ilmi pun bergegas pergi ketempat  tujuannya, sesampainya di Supermarket tersebut, Ilmi mencoba menemui kepala supermarket yang tidak lain adalah pamannya Ikhwan. Setelah bertemu dengan orang yang di maksud, Ilmi langsung memberikan surat lamaran kerjanya. Ternyata sang Kepala Supermarket sudah terlebih dahulu tau tenttang dirinya dan langsung menerimnya dan memintanya untuk langsung bekerja esok hari.
Ilmi terkejut, ia juga senang lamarannya diterima, tapi ia menyampaikan beberapa hal yang ia cemaskan.
“Maaf pak sebelum terima kasih karena telah menerima saya bekerja disini, tapi kalau saya bolehh jujur, saya tidak punya pengalaman apapun dibidang ini, mohon bapak bisa membimbing saya”
            “Saya mengerti nak Ilmi, tapi pekerjaan ini bukanlah pekerjaan yang membutuhkan keahlian yang terlalu berlebihan, kamu hanya butuh seorang karyawan yang berdisiplin, jujur, cekatan dan ramah. Saya yakin nak Ilmi bisa memenuhinya”.
            “Insya Allah pak, sebisa mungkin saya tidak akan mengecewakan bapak”
            Ilmi mengundurkan diri dan berjanji akan bekerja mulai besok di tempat itu dan berusaha menjadi karyawan yang diharapkan.
            Sesampainya kembali di warung Bu Lina, Ilmi menceritakan bahwa dia langsung diterima, dan pertanda hari itu adalah hari terakhirnya bekerja ditempat itu. Bu Lina turut senang mendengarnya, ia yakin Allah pasti memudahkan jalan gadis baik hati tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar