14.Namanya Fadlan (Alan)
Setelah mendapat donor darah dan kondisi Ilmi yang sudah memungkinkan,
pihak rumah sakit pun mengoperasi kepala Ilmi guna menangani penggumpalan yang
terjadi di otaknya. Selama proses yang di jalani oleh Ilmi, Orang tua Putri lah
yang menanggung segala biaya yang dikenakan. Putri sangat memohon kepada orang
tuanya untuk mau menolong Ilmi, karena Putri tau orang tua Ilmi tidak mungkin
mampu menangani biaya pengobatannya. Karena telah mengenal sosok Ilmi sejak
lama dan keluarganya, orang tua Putri pun dengan ikhlas menolong.
Sementara itu, Putri masih merahasiakan hal yang menimpa Ilmi dari
Ibunya, Putri takut Ibu Ilmi khawatir jika mengetahui apa yang telah menimpa
Putrinya. Selama proses operasi berlangsung Putri tak henti-henti berdo’a untuk
keselamatan sahabat karibnya tersebut.
Putri dengan cemas menunggu selesainya operasi tersebut di ruang tunggu.
Tubuhnya tak henti mengeluarkan keringat dingin takut jikalau hal yang lebih
buruk lagi terjadi. Sesaat kemudian beberapa orang laki-laki berseragam polisi
menghampirinya.
“Maaf apa benar anda Putri teman dari korban?”
Tanya salah seorang polisi tersebut kepada Putri.
“Benar pak, saya Putri temannya”.
Putri pun menjelaskan prihal hubungannya dengan Ilmi kepada polisi
tersebut. Dari pertanyaan-pertanyaan yang diberikan tampak bahwa mereka sedang
mencari tau identitas sebenarnya dari korban dan Putri pun memberitahu jati
diri sahabatnya tersebut.
“Bisakah adik ikut kami sebentar ke kantor polisi, pihak tersangka yang
menabrak ingin melakukan damai atas kasus ini, dan untuk sementara sebelum
korban sadarkan diri, kami mohon segala keputusan diambil alih oleh dik Putri
sebagai keluarga terdekat dari korban”.
“Maaf Pak, saya tidak bisa meninggalkan teman saya sendiri di sini”.
“Tenang saja dik, ini hanya sebentar, apapun informasi tentang hasil
operasi akan dikabarkan pihak rumah sakit kepada kami, jadi adik tidak perlu
khawatir, kami akan antarkan dik Putri kembali kesini secepatnya”.
“Oh, yasudah pak, sebisa mungkin secepatnya kita selesaikan”.
Putri pun ikut dengan polisi tersebut ke kantor. Sesampainya di kantor
polisi, Putri dipersilahkan ke ruangan tempat tersangka penabrakan sahabatnya
tersebut menunggu.
Seorang lelaki yang berusia sekitar dua puluh enam tahun yang
berpenampilan cukup rapi namun terlihat acak-acakan karena beliau juga terjatuh
akibat kecelakaan tersebut. Terlihat oleh Putri beberapa luka di tubuhnya.
Saat pria tersebut berpaling ke araha Putri, Putri sempat bergumam kecil
karena seperti mengenal sosok lelaki yang ada di hadapannya.
“Baik lah Dik Putri silahkan duduk, kita selesaikan masalah ini
secepatnya. Kepada saudara Fadlan silahkan sampaikan keinginan anda untuk
berdamai dan menanggungjawapi segala biaya pengobatan korban dan segala denda
yang harus anda tanggung”. Jelas salah seorang polisi yang tadi menjemput Putri
ke rumah sakit.
Putri masih menatap tajam kea arah lelaki yang menabrak temannya
tersebut, disamping rasa kesal karena tindakan ceroboh yang telah diperbuatnya,
Putri juga masih memastikan ingatannya bahwa lelaki tersebut pernah di lihat
olehnya seblum bertemu di tempat itu.
“Baik lah pak” jawab pria tersebut.
“Maaf sebelumnya Dik, nama saya Fadlan, panggil saja Alan”.
“Hemmm iya terus…” jawab Putri dengan nada jutek.
“Maaf atas tindakan ceroboh saya yang mengakibatkan teman kamu jadi
terluka parah, tapi itu semua di luar kehendak saya, saya terburu-buru tadi
karena mau mengajar”. Alan mencoba menjelaskan ketidak sengajaannya atas
kejadin tersebut, tapi sayangnya Putri masih memperlihatkan wajah kesal
kepadanya.
“Udah langsung saja Bang, gak usah bertele-tele. Ceroboh tetap saja
ceroboh. Saya Cuma mau dengar apa bentuk pertanggung jawaban yang mau anda
lakukan”. Sahut Putri dengan nada tinggi. Putri tampak begitu kesal dengan lelaki yang sedang duduk tertunduk di
hadapannya tersebut.
“Baiklah Dik, saya mohon kasus ini tidak usah diperpanjang, saya ingin
berdamai saja, Saya akan biayai semua tanggungan pemulihan dari teman adik,
saya juga akan bayar denda yang akan dijatuhkan oleh pihak polisi. Bagaimana
dik? Bisakah kita berdamai saja?” Tanya Alan dengan wajah penuh harap.
“Hemm bagaimana ya, saya sebenarnya masih tidak bisa terima dengan apa
yang telah menimpa teman saya, tanggung jawab anda tidak ada gunanya jika masa
depan teman saya sampai terenggut hanya karena akibat dari kecelakaan ini. Ada
penggumpalan darah di otaknya, vonis sementara dari dokter dia akan geger otak,
dan sekarang dia sedang di operasi, dan saya tidak tahu apa yang akan terjadi
jika operasi itu gagal”.
Putri menghentikan kata-katanya dan kemudian menangis tersedu-sedu.
Polisi mencoba menenagkannya untuk bisa kembali membahas kasus tersebut secara
baik dengan keadaan yang lebih tenang.
“Iya dik maafkan saya, saya memang yang salah, itu hanya tawaran dari
saya untuk bisa berdamai, tapi kalau memang adik tidak mau, saya pasrah dengan
hukum”.
Putri mulai tersentuh dengan penjelasan Alan, dia tahu Ilmi pasti tidak
ingin kasusnya diperpanjang, namun ia juga sangat sulit memenuhi permintaan
pelaku tabrakan tersebut.
“Baiklah, asal anda tahu sahabat saya itu wanita yang sangat baik
hatinya, dia tidak akan berpihak kepada saya untuk memenjarakan anda meskipun
segala resiko tertimpa pada dirinya. Dengar itu baik-baik”.
Putri menutup kata-kata terakhirnya dan meminta polisi yang tadi menjemputnya
untuk mengantarkannya kembali ke rumah sakit. Sementara Fadlan masih duduk
terpaku mendengar keputusan Putri tersebut, hatinya cukup lega karena
keinginannya untuk damai dipenuhi namun rasa sesal juga tak kunjung pergi dari
hatinya akan apa yang telah terjadi akibat kecerobohannya.
Mobil patroli yang membawa Putri kembali tiba diambang gerbang rumah
sakit tempat Ilmi di rawat. Putri tak kuasa untuk berlari secepatnya ke ruangan
operasi guna mengetahui hasil operasi sahabatnya tersebut. Serempak dengan
tibanya Putri didepan ruang tersebut, Dokter yang menangani operasi Ilmi pun
keluar menandakan operasi telah selesai.
“Bagaimana operasinya dok? Sukses kan Dok? Teman saya tidak apa-apa kan Dok?”.
Bertubi-tubi Putri melemparkan pertanyaan seputar hasil operasi yang
telah di lakukan kepada Ilmi. Doter yang menangani pun tersenyum melihat
tingkah yang di lakukan oleh Putri.
“Alhamdulillah Dik, operasinya berjalan lancar, teman kamu terlepas dari
segala resiko yang sebelumnya sangat kami khawatirkan. Tetapi setelah sembuh,
dia harus benar-benar menjaga kepalanya untuk tidak terbentur lagi”. Jelas sang
dokter kepada Putri.
“Seriusssss Dok?”
Putri bersorak di depan ruang tersebut dengan girangnya, tak
henti-hentinya dia mengucapkan syukur atas karunia yang telah diberikan yang
Kuasa pada sahabatnya tersebut.
“Tapi selama kurang lebih tiga jam kamu tidak boleh masuk menemuinya,
biarkan dulu dia istirahat, nanti malam Insya Allah dia sudah siuman”.
“Iya Dok, terima kasih Dok sudah membantu menyelamatkan teman saya”.
“Iya Dik, sama-sama, saya hanya perantara saja, berterima kasihlah
kepada Allah”. Ucapkan sang Dokter sambil berlalu meninggalkan Putri yang masih
terlihat kegirangan di depan ruang operasi tersebut.
Putri benar-benar lega karena yang iya takutkan tidak terjadi. Putri
segera bergegas kepihak administrasi untuk mengetahui apa-apa saja yang harus
dibayar olehnya untuk melanjutkan segala pengobatan Ilmi sampai ia kelak pulih
dan perkenankan untuk pulang.
Beberapa ruang ia lewati hingga akhirnya ia tiba diruang administrasi
tempat pembayaran segala keperluan rumah sakit. Putri pun segera menanyakan
perihal biaya yang harus dipenuhi oleh pasien yang bernama Ilmi.
“Semua biaya sudah lunas Dik” jawab salah seorang perawat. Putri kembali
teringat kepada Alan, dan dia tidak menyangka Alan secepat itu menepati
janjinya.
“Terima kasih sus, tapi boleh tidak saya tahu identitas dari orang yang
telah melunasi semua biaya ini?”
Perawat yang mengurus bagian administrasi tersebut pun memberikan data
Fadlan kepada Putri. Putri memperhatikan dengan seksama dan sedikit terkejut
membaca status pekerjaannya. Fadlan tertulis sebagai seorang dosen ditempat
Putri kuliah selama ini. Pantas saja dia seperti pernah melihat Fadlan
sebelumnya. Putri sedikit menyesali prilaku kasarnya tadi terhadap fadlan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar