Medali Perak
Ilmi
tiba digerbang sekolah tepat 10 menit lagi bel akan berbunyi. Keadaan sudah
ramai, langkahnya sedikit gontai karena tidak enak badan ditambah lagi baju
lembab yang begitu tidak nyaman dikenakan.
Memasuki
ruang kelas dan duduk ditempat duduknya. Putri memperhatikannya dengan seksama.
“kamu sakit mi?” tanya putri sembari meletakkan tangannya di dahi Ilmi untuk
memeriksa suhu badannya.
“Iya
gak enak badan Put, semalam kehujanan pulang sekolah” jawabnya sembari
memasukkan tas kedalam laci.
“Kenapa
sekolah, kan bisa izin, hari ini
kan kita gak ada tugas,,hmmm, sebentar ya..” putri tiba-tiba saja pergi keluar
kelas. Ilmi pun membaringkan kepalanya ke meja, kepalanya terasa semakin sakit.
“Nih
minum dulu obatnya mi” tiba-tiba Putri datang dan menyodorkan parasetamol dan
secangkir air putih. Ilmi pun tersipu, Putri benar-benar sahabatnya yang paling
mulia hatinya. Dia selalu mengerti akan keadaan ilmi. Meskipun anak orang yang
serba berkecukupan, sedikitpun dia tidak pernah bersikap sombong dan
memilih-milih dalam pertemanan.
“Terima kasih banyak ya Put,
seharusnya kamu gak usah repot-repot, aku cuma gak enak badan aja koq”
“Udah gak usah terima kasih begitu,
namanya juga teman, masak ngeliat temennya sakit dibiarin gitu aja, jahat itu
namanya”. Jawabnya sambil tersenyum dan menepuk-nepuk bahu ilmi. Kebiasaan yang
sering dia lakukan yang terkadang membuat
Ilmi begitu nyaman.
Bu Ratna guru Bahasa Inggris mereka pun masuk kekelas.
Pelajaran yang menjadi favorit Ilmi juga yang menjadi alasannya memaksakan diri
untuk hadir hari itu. Ilmi adalah siswi yang cerdas terutama dalam pelajaran
Bahasa Inggris. Setiap olimpiade yang diadakan oleh sekolah selalu bisa
diraihnya juara pertama. Kemampuan berbahasa inggrisnya itu diperoleh saat Ilmi
masih tinggal dikota yang memungkinkannya mengikuti berbagai les termasuk les
Bahasa Inggris.
“Good morning my students, before we
start our lesson today, I will give information about your friend” Bu Ratna
membuka percakapan yang membuat para murid sedikit penasaran tentang pengumuman
yang akan dia sampaikan.
“Teman kalian mendapat juara 2 dalam
lomba pidato Bahasa Inggris sekabupaten kemarin, selamat untuk Hayati Ilmi” Bu
Ratna memberitahu kabar yang benar-benar membuat Ilmi gembira dan memintanya maju
kedepan kelas. Ilmi menerima penghargaan berupa medali perak dan sejumlah uang
saku.
“Thank you so much Mam, I can get it
cause you always give me support” Ilmi pun menyampaikan rasa terima kasih nya
kepada semua sahabat-sahabatnya yang juga mendukungnya untuk mengikuti lomba
tersebut.
Ilmi
tidak menyangka akan menerima surprise istimewa di hari itu. Betapa uang saku
itu begitu berarti untuknya. Setidaknya kabar gembira itu pasti akan
membahagiakan hati kedua orang tuanya, dan bukti bahwa dia benar
sungguh-sungguh dalam belajar.
“Aku
kan udah bilang Mi, kamu pasti menang, selamat ya Mi”.
“Iya
Put, thanks ya”.
Bel
pulang pun berbunyi, semua murid berhamburan dari kelas hendak pulang kerumah.
Begitu juga Ilmi, tak sabar rasanya ia ingin secepatnya tiba dirumah dan
menunggu kedua orang tuanya pulang bekerja untuk menyampaikan kabar gembira
itu.
“Ayo
ikut sama aku Mi, nih aku lagi dijeput Ayahku, rumah kita kan satu arah”
tiba-tiba Putri yang sedang dibonceng Ayahnya menghampirinya dan menawari
tumpangan. Ilmi sempat menolak namun Putri memaksanya untuk ikut dan Ilmi pun
dengan senang hati menerima.
Ayah
Putri juga sangat baik, tidak heran kalau anaknya sebaik Putri. Benar kata
pepatah, buah jatuh tak jauh dari pohonnya.
“Jadi
ini ya Put yang namanya Ilmi yang pintar itu?” tanya Ayahnya yang membuat Ilmi
merasa terlalu dipuji.
“Bapak
ini bisa aja, Putri malah yang pintar pak” jawab Ilmi sambil tersipu.
“Bohong
dia yah, Ilmi itu paling pintar dikelas, apalagi pelajaran Bahasa Inggris, udah
kayak orang barat ngomongnya” mereka pun tertawa bersama karena gurauan yang
dikatakan Putri.
Ilmi
benar-benar bahagia mempunya sahabat sebaik Putri, dia sering berfikir entah
dengan apa membalas kebaikan sahabatnya tersebut. Dan akhirnya mereka tiba
didepan rumah Ilmi.
“Sampaikan
salam bapak untuk kedua orang tua Ilmi ya”
“Iya
Pak nanti Ilmi sampaikan, terima kasih banyak ya Pak, Put udah kasi ilmi
tumpangan” jawab ilmi penuh rasa terima kasih.
“Iya
sama-sama, kita memang harus saling membantu” sahut Ayah Putri sembari pergi.
Ilmi
pun berjalan menuju rumahnya. Tidak seperti biasanya, terlihat sepi tidak ada
hafis adiknya yang biasa bermain-main dengan anak tetangga. Sesampainya dirumah
ternyata benar, terlihat gembok menggantung pada pintu. Ilmi pun heran, kenapa
rumh dikunci dan kemana adiknya.
“Baru
pulang Mi?” salah seorang tetangga bertanya padanya saat melihat ia berdiri
sendiri didepan rumah.
“Ia
kak, kakak tau gak kemana adik saya?, saya heran kenapa rumah dikunci?” tanya
Ilmi gelisah.
“Tadi
kalau tidak salah kakak lihat ibumu terburu-buru menjeput adikmu, sepertinya
ayahmu sakit mi, mungkin dibawa ke klinik yang didekat Bank Mandiri” jelas
tetangganya.
Ilmi
sontak terkejut mendengar berita tersebut dan tanpa sengaja medali yang iya
pegang terlepas dari tangannya dan jatuh ketanah. Medali yang sedari tadi tak
sabar ingin ia perlihatkan pada bapaknya. Air mata mulai menetes di pipinya,
membasahi wajah yang sedari tadi begitu indah di hiasi senyum kemenangan namun
kini berubah muram.
Dengan
uang saku hadiah juara 2 lomba pidato
yang tadi ia terima, ilmi memutuskan menyusul ke klinik yang mungkin menjadi
tempat ayahnya dirawat.